Minggu, 23 Oktober 2022

PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG MEMBERDAYAKAN


Ilustrasi : Prosesi pengambilan keputusan dalam rapat guru


Judul     : PENGAMBILAN KEPUTUSAN  YANG  MEMBERDAYAKAN

Oleh      : Moh. Solehudin, S.Pd, M.Si

Sekolah : SMA Negeri 1 Nalumsari Kab. Jepara


Filosofi Pratap Triloka Ki Hajar Dewantara Dan penerapannya dalam pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin

        Patrap triloka filosofi Ki Hajar Dewantara terdiri atas tiga semboyan yaitu Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan Tut wuri handayani.  semboyan tersebut artinya "di depan memberi teladan", "di tengah membangun motivasi", dan "di belakang memberikan dukungan". Ketiga semboyan tersebut seolah-olah tak lekang oleh zaman artinya semboyan tersebut masih kontekstual dengan keadaan sekarang di tengah derasnya arus perkembangan informasi dan teknologi.        
        Sebagai seorang guru, baik atau tidak karakternya, guru memang sudah dipandang sebagai seorang yang diteladani di tengah masyarakat oleh karena itu pembentukan nilai diri harus diupayakan dalam upaya menjadi teladan bagi muridnya. Lumpkin (2008), menyatakan bahwa guru dengan karakter baik mengajarkan murid mereka tentang bagaimana keputusan dibuat melalui proses pertimbangan moral. Keputusan-keputusan yang diambil oleh seorang guru yang memilki nilai-nilai kebaikan dalam dirinya akan mampu melestarikan nilai-nilai kebaikan di tengah masyarakat melalui murid-murid mereka.
        Kepala sekolah sebagai “Ing ngarso sung tuladha” adalah berkedudukan sebagai seorang pemimpin di sekolah, memiliki peranan penting dalam pengambil keputusan dan kebijakan di sekolah. Ketegasan, ketepatan dan pertimbangan moral dan etika dalam pengambil keputusan akan menjadi nilai-nilai yang disepakati dan dilaksanakan bersama-sama untuk mencapai visi dan misi sekolah.  Dengan demikian peran kepala sekolah akan menjadi tulodo bagi komunitas sekolah untuk terlaksananya tujuan sekolah.

Pengaruh nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita terhadap prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan
        Pepatah Jawa mengatakan bahwa guru adalah singkatan dari digugu dan ditiru,  maksudnya dalam perilakunya guru senantiasa harus dapat di percaya dan ditiru.  Dengan demikian, guru haruslah memiliki nilai-nilai kebaikan universal atau budaya positif yang dapat diterima oleh masyarakat. Dalam perilakunya, guru juga hendaknya telah memiliki motivasi internal yang sesuai dengan nilai-nilai kebaikan universal yang selanjutnya akan mengkristal menjadi perilaku ahlakul karimah (budi pekerti yang luhur).
        Seseorang yang telah memiliki budi pekerti luhur, maka otomatis ketika membuat keputusan akan mengacu pada perilaku dari nilai-nilai yang telah tertanam pada dirinya, seperti budi pekerti luhur ataupun budaya positif, sehingga akan sangat jelas bahwa nilai-nilai yang telah tertanam pada diri guru, akan mempengaruhi prinsip-prinsip dalam setiap pengambilan keputusan.

Coaching dan Pengambilan keputusan 
        Pendekatan dengan paradigma berpikir yang memberdayakan mutlak diperlukan agar pengembangan diri dapat berjalan secara berkelanjutan dan terarah. Salah satu pendekatan yang memberdayakan adalah coaching sebagaimana Whitmore (2003) ungkapkan bahwa coaching adalah kunci pembuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya. Salah satu pendekatan yang dapat mengubah paradigma berpikir yang memberdayakan adalah dengan keterampilan coaching dalam rangka pengembangan diri dan rekan sejawat.
        Ketika seseorang bimbang atau ragu dalam mengambil keputusan, apalagi yang berkaitan dengan masalah dilemma etika, maka kegiatan coaching  mungkin dapat membantu mencari solusi pemecahan masalah. Mencari potensi-potensi yang mungkin diperoleh dan dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan. Kegiatan coaching juga memungkinkan akan melahirkan ide-ide yang belum terpikirkan sebelumnya sehingga permasalahan dapat diputuskan dan diselesaikan dengan baik

Pengaruh kemampuan aspek sosial emosionalnya terhadap pengambilan keputusan khususnya masalah dilema etika

      Ketika kita mengingat kembali saat merasakan beban di pundak, mungkin karena tugas yang menumpuk, sulitnya berkomunikasi dengan pimpinan atau rekan kerja, murid yang mengabaikan kesepakatan yang sudah dibuat. Sebagai guru, skenario demikian tidaklah terelakkan.  Kondisi demikian dapat menjadi pemicu munculnya emosi tidak nyaman seperti frustasi, marah, kuatir dan berbagai campuran emosi lainnya yang mungkin tidak dapat kita identifikasi. Emosi-emosi tidak nyaman ini dapat mempengaruhi diri kita secara sadar dan tidak sadar. Penting bagi kita untuk  mengambil jeda, menyadari emosi yang tidak nyaman agar tidak membelenggu kita  dalam memandang dan merespon orang lain, baik  dalam sebuah interaksi, pekerjaan, hingga pada keputusan-keputusan yang harus diambil.

       Untuk mendapatkan keputusan-keputusan yang jernih, yang dapat diterima oleh warga sekolah, tentu ketika kita memutuskan keputusan tersebut harus dalam kondisi kesadaran penuh (mindfulness), baik dalam kesadaran diri, menejemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi maupun Pengambilan Keputusan yang Bertanggung. Ketika kita memutuskan masalah dengan emosi berarti kita tidak dalam keadaan mindfulness, tidak mampu memenej diri maka memungkinkan kita akan mengabaikan kesadaran social, sehingga keputusan yang diambil akan menjadi tidak tepat.


Studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik

Kasus:

Murid terlambat berangkat sekolah karena merawat orang tua yang sedang sakit.

Pemecahan Masalah : Berpikir berbasis peraturan

Guru sudah seharusnya membantu murid untuk memecahkan masalah yang dihadapi agar murid dapat mentaati peraturan sekolah tanpa harus terganggu oleh kepentingan pribadi dan semuanya terselesaikan tanpa ada pihak yang dirugikan.

Langkah pengujian keputusan

- Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

- Murid terlambat karena merawat orang tua yang sakit

- Murid tidak boleh terlambat karena harus menaati peraturan sekolah.

- Harapan adanya perubahan yang terjadi pada murid agar tidak terlambat lagi.

- Melakukan prinsip resolusi


Berpikir berbasis peraturan

- Memberikan peringatan dulu kepada murid agar tidak terlambat

- Menanyakan alasan keterlambatan

- Membimbing siswa menemukan solusi

- Memberikan surat pernyataan


Buat Keputusan

Tetap memberikan sanksi dengan sanksi yang membangun sebagai efek jera dan bahan renungan untuk siswa yang lain.


Pengambilan keputusan yang tepat, berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

        Pengambilan keputusan yang tepat, sesuai prosedur yang benar dan pemahaman nilai-nilai pribadi yang baik, aspek social dan emosional yang baik pula, akan melahirkan keputusan-keputusan yang bijak, dan tepat. Sehingga akan membuat suasana sekolah kondusif, warga sekolah mendukung dan melaksanakan keputusan tersebut sesuai kesepakatan, suasana sekolah menjadi kondusif dan nyaman karena tidak ada perpecahan disebabkan karena ketidaktepatan pemimpin dalam mengambil keputusan.


Tantangan  pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika

      Tantangan yang berkaitan dengan dilemma etika adalah ketika memutuskan perkara berkaitan dengan aturan dan etika. Disisi lain peraturan harus di jalankan disisi lain rasa kebenaran etika dan belas kasihan juga benar. Juga kadang ada guru yang dalam berpendapat mau menangnya sendiri, sehingga menjadi dilemma.


Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid 

        Setiap Pengambilan keputusan yang kita ambil diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita. Keputusan -keputusan yang dimaksud diantaranya. Memberikan kesempatan pada siswa mengemukakan pendapat baik melalui tanya jawab, maupun diskusi kelompok. Menciptakan pembelajaran yang mendorong siswa lebih banyak mengalami sendiri (Mengamati dan berbuat), melalui interaksi, eksperimen, percobaan sehingga siswa dapat belajar secara bermakna. Jangan memaksa anak belajar, tapi ciptakan suasana sehingga anak tergerak sendiri untuk belajar, seperti menyiapkan buku-buku bergambar yang menarik minat anak untuk membaca


Pengaruh pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan terhadap masa depan murid

Benar atau salah, tepat atau tidak tepatnya seorang pemimpin dalam mengambil keputusan jelas akan mempengaruhi masa depan murid-muridnya. Seorang kepala sekolah yang salah dalam menentukan hukuman yang tepat bagi siswa yang melanggar peraturan, dengan cara mengeluarkan siswa tersebut dari sekolah, kemudian siswa tersebut tidak dapat melanjutkan sekolah, maka jelaslah bahwa masa depan pendidikan anak tersebut menjadi terputus, sehingga anak tidak memiliki pengetahuan yang cukup yang dibutuhkan untuk kehidupannya   

Simpulan 

Setelah mempelajari modul ini saya menarik kesimpulan bahwa sebagai pemimpin pembelajaran haruslah bisa mengambil keputusan dengan bijak berdasarkan prinsip, paradigma serta langkah-langkah yang tepat agar keputusan yang diambil dapat bermanfaat dan dapat dipertanggungjawabkan dengan baik.


konsep-konsep dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Adalah hal yang tidak terduga, ketika memasuki ranah kemampuan memecahkan masalah dilema etika dan bujukan moral. Ketika siswa melanggar peraturan, saya menganggap bahwa siswalah yang mesti salah, ternyata dibenarkan juga ketika ia terlambat sekolah dan siswa yang juga benar karena ia harus berbakti kepada kedua orang tua, apalagi ketika orang tua sakit. Kmudian saya mencoba langkah-demi langkah memecahkan dengan cara tersebut, dan ternyata saya baru tahu. bahwa siswa juga berhak benar.   


Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Ketika saya menjabat sebagai wakil kepala urusan kesiswaan, dimana saya dihadapkan pada banyak sekali permasalahan-permasalahan kesiswaan. saya pernah menghadapi permasalahan siswa terlambat, alasannya karena merawat ibunya sakit, karena saya belum tahu cara menanganinya, ahirnya saya memperlakukan siswa tersebut seperti halnya anak-anak lain yang terlambat. 

Dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Saya menjadi tahu, dan dapat menerapkan tahapan-tahapan memecahkan masalah yang berkaitan dengan dilema etika

Penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Sebagai individu, topik ini juga sangat penting, karena dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat juga akan menemui permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan dilema etika

 



Kamis, 06 Oktober 2022

Peran Coach Di Sekolah

Peran Coach  Di Sekolah

Pendahuluan

Kepala Sekolah yang ideal adalah Kepala Sekolah yang dapat mendorong warga sekolah untuk selalu mengembangkan kompetensi diri dan senantiasa memiliki growth mindset, serta keberpihakan pada murid dan mampu mengidentifikasi kebutuhan pengembangan kompetensi diri dan orang lain dengan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.

Dalam hal ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yang diawali dengan paradigma berpikir yang memberdayakan. Pendekatan dengan paradigma berpikir yang memberdayakan mutlak diperlukan agar pengembangan diri dapat berjalan secara berkelanjutan dan terarah. Salah satu pendekatan yang memberdayakan adalah coaching sebagaimana Whitmore (2003) ungkapkan bahwa coaching adalah kunci pembuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya. 

Salah satu pendekatan yang dapat mengubah paradigma berpikir yang memberdayakan adalah dengan keterampilan coaching dalam rangka pengembangan diri dan rekan sejawat. 


Peran Coach di Sekolah

Sebagai seorang guru, kadang saya berperan juga menjadi coach  di sekolah. Peran saya sebagi Coach di sekolah memiliki 3 peran utama dalam melaksanakan kegiatan coaching, yaitu :

a. Berperan sebagai Guru 

Ketika berhadapan dengan siswa, otomatis saya berperan sebagai guru. Ketika ada siswa yang memiliki masalah dan ingin melakukan kegiatan coaching, konsultasi dan mancari jawaban atas masalah-masalah yang dihadapi, saya selalu menyediakan waktu bagi siswa, kadang saya melakukannya ketika waktu istirahat tiba.

b. Berperan sebagai Teman bagi guru

Kadang ada teman guru yang memiliki masalah dalam pembelajaran, dan mengeluhkannya pada saya,  sebagai seorang teman, saya ajak teman tersebut untuk melakukan dialog coaching untuk membantu mencari solusi atas permasalahan yang dihadapinya 

c. Berperan sebagai Supervisor

Sebagai guru senior, disekolah saya sering di serahi tugas oleh kepala sekolah untuk melakukan supervisi pembelajaran kepada guru yang masih pemula, dalam supervisi tersebut, Saya coba untuk melakukan  dengan pendekatan coaching dan ternyata berhasil.


Coaching Dan Pembelajaran Berdiferensiasi

Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, dan berorientasi pada hasil yang sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Sedangkan International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai“…bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.” 

Pembelajaran berdiferensiasi sebagai sebuah model pembelajaran yang baru, tentu membutuhkan pemahaman bagi guru dalam menerapkannya. Dan memungkinkan membuat sebagian guru menjadi bingung dan butuh teman untuk membicarakannya dan mencari solusinya. Model pemecahan masalah dengan Coaching  tentu akan dapat menjadi solusinya. Dimana memungkinkan antara guru yang sudah berpengalaman menggunakan model pembelajaran berdiferensiasi akan menjadi pendamping guru pemula dalam melaksanakan proses coaching. 

Coaching Dan Pembelajaran Sosial dan Emosional

Pembelajaran Sosial dan Emosional berkaitan dengan pembelajaran secara Eksplisit aspek-aspek social dan emosional dalam pembelajaran yang di kembangkan oleh guru didalam kelas. Sebagai seorang guru, dalam melaksanakan kegiatan coaching, ketika terjadi proses coaching antara coach dan coachee adalah kerjasama dan tanggung jawab untuk menyelesaikan masalah, juga tanggungjawab secara konsisten untuk melaksanakan solusi-solusi yang didapat untuk  dilaksanakan. Disinilah peran Aspek social dan emosional diperlukan dalam proses coaching tersebut.

Coaching Dan Pemimpin  Pembelajaran.

Kegiatan Coaching merupakan bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, Guru Penggerak tentu harus mampu mendorong segenap Guru dan TU untuk dapat mengembangkan dan memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Salah satu tugas pemimpin pembelajaran adalah sebagai supervisor. Kegiatan Supervisi melalui pendekatan coaching adalah salah satu cara memberdayakan dan mengembangkan  potensi guru dan tenaga kependidikan.